Getting Ready !

Haaaaaah. Nggak kerasa udah 6 bulan di sini, di ibu kota, orang bilang lebih kejam dari ibu tiri, orang bilang bukan Jakarta kalo nggak macet, daaaaaan hal-hal lain yang nggak ada di tempat kelahiran saya.

Pola hidup sedikit berubah, layaknya anak kos lainnya. Nyuci baju, nyuci piring, cari makan, bersih-bersih kamar, semua dilakuin sen-di-ri. Memang hidup di sini mandiri, tapi dituntut bisa kerjasama juga sama temen-temen entah itu di kos atau di kampus, karena emang begitulah caranya kalo mau bertahan.

Ternyata Jakarta seperti ini, menurut kacamata saya sih, nggak beda-beda amat sama kehidupan di kota saya sebelumnya. Cuma yang bedain itu di sini banyak hiburan, lebih gampang transportasi, dan fasilitas umum lainnya. Masalah macet-pun nggak terlalu berpengaruh, dengan sendirinya pasti jadi kebiasaan kalau mau jalan jam sekian harus sudah siap jam sekian. Naik angkot atau antre busway berlama-lama pun nggak terlalu masalah. Intinya, semua akan normal kalau kita "enjoy". 


Sempet kepikiran "aku kan dr cilacap sendirian, gmn ceritanya nanti di sana barengan sama temen-temen dr seluruh wilayah Indonesia ?". Jawabannya "it's okay". Di sini ada himpunan mahasiswa daerah, kalo kangen ngomong ngapak tinggal koling mereka, ikut kumpul-kumpul, atau acara "himada" yang pasti ada walaupun cuma dalam kegiatan-kegiatan penting aja. Justru keberagaman di sini yang buat ilmu jadi tambah, terutama "ilmu berteman", mengenal berbagai macam orang dengan beragam karakter itu juga ilmu kan.. Hehe. Masalah-masalah pasti ada, tapi semua itu pasti berujung pada pendewasaan. Menjadi bijak atau berusaha menjadi bijak, kembali ke diri saya sendiri, ingin ditempatkan di tempat yang seperti apa di lingkungan baru ini. Kasarnya, image seperti apa akan terbentuk, jati diri yang bagaimana yang akan ditemukan. It's all up to me. 

Perubahan jelas ada, dan yang paling saya rasakan adalah berat badan. Terhitung sejak lulus SMA massa tubuh saya ini naik sekitar 6-7 kg. Lucu, waktu saya inget dulu kurus, kering, item, diejekin sama bapak, susah makan, kalau makan harus diomelin dulu. Sekarang ? Hahahaha. Bersyukur, mungkin itu yang pas untuk ukuran tubuh saya sekarang. Saat saya pulang sesekali, orang di rumah, tetangga, saudara, komentarnya pasti nggak jauh-jauh dari "gendutan, ayem, berisi, gede, dan kawan-kawannya". Alhamdulillah.. Cuma, kayaknya sekarang kurang olahraga.

Pola belajar, saya pikir memang harus benar-benar dirubah, nggak kaya SMA lagi. Jujur, saya menyesali waktu saya beberapa bulan terakhir. Nggak sungguh-sungguh, kadang males, hari-hari biasa nggak belajar, belajar kalo mau kuis/ujian. Dan hasilnya, sempet galau banget banget banget, karena nilai UTS ada yang jelek bgt. Dan itu mata kuliah inti, ancaman DO terus terngiang-ngiang di kepala saya tiap belajar/ketemu dosen mata kuliah ini. Nangis, fisik maupun batin, kayaknya pernah saya alami. Bersyukur mama dan bapak selalu terasa di sisi saya, walaupun sebenarnya mereka jauh di sana. Nasihat-nasihat mama paling mengena, setiap kata yang dia lontarkan di telfon itu selalu punya arti. Sampai suatu saat saya sedang merasa benar-benar down, ketika mama bilang satu kata, cuma satu kata "semangat", air mata meleleh. Dan nggak jarang saya cuma bisa diem dengerin kata-kata mama di telfon, bukan apa-apa, karena saya benar-benar nggak sanggup untuk ngomong se-katapun. Miannhae omma. Di tengah perjalanan, saya melihat kejadian ini adalah teguran. Genjot sekuat tenaga di UAS, walaupun di pertengahan genjotan tetep galau, karena ngerasa nggak bisa ngerjain soal-soal, nggak teliti, dan adaaaa aja yang bisa digalaukan. Dan di saat-saat seperti ini, lagi-lagi orang tua saya (alhamdulillah) selalu dan selalu ngasih dorongan. Mama sering kirim sms atau telfon yang isinya kalimat-kalimat yang sampai sekarang masih saya inget. Tentunya dengan gaya bicara mama, yang jujur mulut saya nggak sanggup bersuara utk merespon kalimat-kalimatnya.

"Saat kamu bersedih, maka bersabar dan shalat lah."

"Tidak ada yang sulit dengan belajar, dan tidak ada yang mudah tanpa belajar."

"Semua makhluk di dunia ini adalah ciptaan-NYA, begitupun hati seseorang adalah milik-NYA, dan yang bisa mengubah hati seseorang hanyalah DIA. Memohonlah kepada Allah, niscaya Dia akan ubah hati orang tersebut."

Sempet berpikir gak akan pulang kampung waktu libur kemaren, gara-gara takut kena remidi dan sebagainya. Tapi pada akhirnya pulang juga, hehe. Saat di rumah pun tetep kepikiran, takut. Yang saya bisa lakukan saat itu cuma berdoa sambil tawakal. Terharu  banget waktu denger ucapan bapak yang tetep dukung saya kalau seandainya hal yang sangat pait terjadi. Tiap hari nunggu jarkom nilai, tiap hari bapak nanyain gimana hasilnya. Sampai pada akhirnya beberapa hari yang lalu pengumuman IP. Puncak ke"deg-degan", menutupi rasa takut dengan mengucapkan "exciting!". Bukan cuma pengumuman IP, tapi menentukan lanjut atau tidaknya di semester 2. Dan dari pengalaman yang sudah-sudah pasti ada mahasiswa/i yang kena DO. Alhamdulillah, kali ini benar-benar bersyukur. Allah masih memberi kesempatan untuk berusaha di semester selanjutnya. Tapi sedih, tau beberapa temen ada yang terhenti langkahnya. Keep spirit kawan, yakinlah sukses menunggumu di ujung jalan yang lain :')



Dan besok pagi, perjuangan kembali dimulai. Bersiap untuk semester 2. Harus bisa belajar dari pengalaman. Inget kata-kata orang tua. Perhatiin setiap omongan dosen. Nggak boleh sebel sama dosen. Belajar lebih baik lagi, nggak boleh males-malesan kalau mau bertahan. Bismillah.. In the name of Allah, most merciful most gracious. Getting ready for the next fight !!



-this post contains any picts from tumblr.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

17 Fakta Terungkap Setelah 17 Tahun

THOMAS RAMDHAN : Nggak Pake Lima Senar? Siapa Takut !

Armand Maulana, artis yang punya fans artis