Memendam Rasa



Judulnya lil bit provocative, hehe.

Jadi sepertinya hari ini perlu ditandai sebagai hari pertama pijit lagi setelah belasan tahun nggak pijit. Dengan alasan, baru saja bersentuhan motor dengan motor di hari Minggu pagi yang cerah lalu. Dulu cuma mau dipijit sama mbah uti aja, memang beliaunya tukang pijit. Kali ini dibelain pulang ke rumah karena sepertinyaa ada yang salah dengan kaki saya, jalan udah nggak lurus lagi. Alasan pendukung, di rumah lebih banyak opsi tukang pijit perempuan daripada di Jakarta. Sedangkan alasan tambahannya, ya karena memang udah 2 bulan nggak pulang, waktunya insya Allah pas a.k.a nggak banyak tanggungan di tempat nyangkul, meskipun pake drama juga. Ya Allah dipikir-pikir tiap pergi nih drama terus, kapan-kapan pengen dirangkum aja biar tobat.

Okay, langsung enakan sih ini badan ya meskipun belum boleh mandi. Ternyata waktu kena air wudlu aja kerasa sakit nyut-nyutan #lebaydikit. Tapi sebenernya saya agak kaget waktu si embak yang mijit saya ini bilang "wah mbak ini mah bukan cuma keseleo, mbaknya sakit seluruh badan tp nggak dirasa". Dan ya, setiap sentuhan mbaknya subhanallah kerasa sakit. Mungkin memang benar saya banyak memendam dan mengabaikan rasa sakit, mbak. Terima kasih untuk pengingatnya . Relevansinya tidak perlu dicari, cuma hati ini langsung tersindir aja. Mau istighfar saja rasanya, bahwa memendam sakit physically-mentally itu agaknya dekat dengan mendzolimi diri sendiri. Perlu dilepaskan perasaan-perasaan sedih duka dan nestapa, wkwk #lebaylagi. Yuk, berbahagia! Laa tahzan, innallaha ma'ana.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

17 Fakta Terungkap Setelah 17 Tahun

THOMAS RAMDHAN : Nggak Pake Lima Senar? Siapa Takut !

Armand Maulana, artis yang punya fans artis